MAKALAH
TUMOR PADA OTAK
Dosen
Pembimbing; Dedy asep, S.kep, M.si
DI SUSUN OLEH;
Arisandi
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2011/2012
UNIVERSITAS BATAM
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat hidayah dan inayah-Nya
jualah serta nikmat kesehatan, dan kesempatan, sehingga Makalah dengan judul
“Tumor Otak” dapat diselesaikan dengan baik..
Dalam
penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi melengkapi kekurangan makalah
ini. Akhir kata kami ucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini bermanfaat,
amin.
Batam, Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Susunan saraf pusat terdiri dari
otak besar (cerebrum), batang otak, otak kecil (cerebellum) dan
sumsum tulang belakang (medulla spinalis) dan diliputi oleh selaput otak
(meningen) yang terdiri atas bagian luarpakhimening (durameter) dan bagian dalam leptomening. Otak dipisahkan oleh
fisura media menjadi dua hemisfer. Permukaan lateral masing-masing hemisfer
dibedakan menjadi lobus frontal, parietal, temporal, dan oksipital.
Otak mempunyai
sistem perhubungan, yaitu ventrikel. Ventrikel lateral masuk ke dalam lobus
frontal, temporal dan oksipital. Cairan serebrospinal dibentuk setiap hari oleh
plexus choroid pada ventrikel, melalui ventrikel III dan IV terus ke
subarachnoid dan medulla spinalis. Otak diliputi oleh leptomening, membrana
arachnoid dan piameter dan bagian paling luar durameter. Durameter berlapis dua,
sebagai lapisan dalam periosteum dari tulang tengkorak, dan pada garis tengah
sebagai falx cerebri, pada fosa posterior terbentang seperti tenda membentuk
tentorium cerebri, memisahkan lobus oksipital dan serebellum. Aspek ventral
dari otak adalah batang otak dan serebellum, menutupi aspek posterior (otak
tengah) yaitu : pons dan medula oblongata yang mengelilingi ventrikel IV.Otak
mendapat darah dari arteri carotis interna dan arteri vertebralis.
Tumor otak
merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di
dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang
berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.
Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Insiden tertinggi
pada tumor otak otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh,
dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai
dari sel glia(sel glia membuat struktur dan mendukung sistem Otak dan medula
spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak di atas penutup serebelum).
Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu
fungsi vital , seperti pernapasan atau adanya peningkatan TIK,
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Tumor otak adalah
terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun
ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995:
1030)
Tumor otak dibagi
menjadi dua :
1. Tumor
otak benigna
Pertumbuhan jaringan
otak secara abnormal, tapi tidak ganas
2. Tumor
otak maligna
Pertumbuhan jaringan
abnormal yang berpotensi ganas yang dapat menyusup atau menyebar di jaringan
sekitarnya maupun bermetastasis ke jaringan yang jauh melalui aliran darah.
Tumor otak berasal dari
jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan
otak, dan jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari
karsinoma sistemik (Price & Wilson,
2006).
B.
Etiologi
Tumor otak masih belum
diketahui penyebab pastinya, namun banyak yang berpendapat bahwa ada unsure
genetic yang terlibat. Seperti penelitian dalam komponen genetic tumor otak
telah mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan, penemuan mutasi gen TP53
(sindrom Li-Fraumeni), P16 (sindrom melanoma-glioma), dan MMAC1 (termutasi pada
berbagai kanker lanjut) (Price &
Wilson, 2006).
C.
Patofisiologi
Gangguan neurologic
pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua factor yaitu gangguan
fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intracranial (Price & Wilson, 2006).
Gangguan fokal terjadi
apabila terjadi penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Tentu saja
disfungsi terbesar terjadi pada tumor infiltrate yang tumbuh paling cepat yaitu
glioblastoma multiforme. Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai
menifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan
perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang
juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis
fokal (Price & Wilson, 2006).
Peningkatan ICP dapat
disebabkan oleh beberapa factor : bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya edema sekitar otak, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa kerana tumor akan mendesak
ruang yang relative tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu
dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotic yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi
vena dan edema akibat kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
peningkatan volume intracranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel
lateralis ke ruangan subarachnoid menimbulkan hidrosefalus (Price & Wilson, 2006).
D.
Manifestasi
Klinis
Tumor
otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini, karena pada awalnya
menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan meragukan tapi umumnya
berjalan progresif (Japardi, 2002).
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa (Japardi,
2002):
1.
Gejala
serebral umum, nyeri kepala, kejang
Dapat berupa perubahan
mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga
dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan
aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin
diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat
dijumpai pada 2/3 kasus.
a) Nyeri
Kepala
Diperkirakan
1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak
adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri
kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya
bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada
keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri
kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
b) Muntah
Terdapat
pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada
tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai
dengan mual.
c) Kejang
Bangkitan
kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih
dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang
adalah tumor otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
1)
Bagkitan kejang pertama kali pada usia
lebih dari 25 tahun
2)
Mengalami post iktal paralisis
3)
Mengalami status epilepsi
4)
Resisten terhadap obat-obat epilepsi
5)
Bangkitan disertai dengan gejala TTIK
lain
6)
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor
otak dikorteks, 50% pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan
25% pada glioblastoma.
2. Gejala
tekanan tinggi intracranial
Berupa
keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari
dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat
dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat
teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor
yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun
lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III,
haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
3.
Gejala tumor otak yang spesifik
a)
Lobus frontal
1)
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
2)
Bila tumor menekan jaras motorik
menimbulkan hemiparese
3)
kontra lateral, kejang fokal
4)
Bila menekan permukaan media dapat
menyebabkan inkontinentia
5)
Bila tumor terletak pada basis frontal
menimbulkan sindrom foster kennedy
6)
Pada lobus dominan menimbulkan gejala
afasia
b)
Lobus parietal
1)
Dapat menimbulkan gejala modalitas
sensori kortikal hemianopsi homonym
2)
Bila terletak dekat area motorik dapat
timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
c)
Lobus temporal
1)
Akan menimbulkan gejala hemianopsi,
bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi
2)
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan
gejala afasia dan hemiparese
3)
Padan tumor yang terletak sekitar basal
ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism.
d)
Lobus oksipital
1)
Menimbulkan bangkitan kejang yang
dahului dengan gangguan penglihatan
2)
Gangguan penglihatan yang permulaan
bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia
e)
Tumor di
ventrikel ke III
Tumor biasanya
bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan
terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala,
penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
f)
Tumor di cerebello pontin angie
1)
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
2)
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain
karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran
3)
Gejala lain timbul bila tumor telah
membesar dan keluar dari daerah pontin angel
g)
Tumor
Hipotalamus
1)
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi
dari foramen Monroe
2)
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan
gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan
cairan dan elektrolit, bangkitan
h)
Tumor di
cerebelum
1)
Umumnya didapat gangguan berjalan dan
gejala TTIK akan cepat terjadi disertai dengan papil udem
2)
Nyeri kepala khas didaerah oksipital
yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal
i)
Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan
berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
E.
Penegakkan
Diagnosis
Diagnosa tumor otak ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit
menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang
maligna, karena gejala klinis yang
ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan
cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor
kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari
jaringan otak. Walaupun demikian ada bebrapa jenis tumor yang mempunyai predileksi
lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan
pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor
benigna dan maligna (Japardi,
2002).
Setelah
diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk
memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor (Japardi,
2002).
1) Elektroensefalografi (EEG)
2) Foto polos kepala
3)
Arteriografi
4) Computerized Tomografi
(CT Scan)
5) Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
F. GAMBARAN
CT SCAN TUMOR OTAK BENIGNA
CT Scan merupakan alat
diagnostik yang penting dalam evaluasi pasien yang diduga menderita tumor otak.
Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm
dan terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya
tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya.
Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena
densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah
dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa
jenis tumor akan terlihat lebih nyata
bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras
(Japardi, 2002).
ü Penilaian
CT Scan pada tumor otak:
1.
Tanda proses desak ruang:
a) Pendorongan
struktur garis tengah itak
b) Penekanan
dan perubahan bentuk ventrikel
2. Kelainan
densitas pada lesi: hipodens, hiperdens atau kombinasi, kalsifikasi, perdarahan
3.
Udem perifokal
1. Meningioma
1) Merupakan
tumor jinak susunan saraf pusat yang berasal dari sel-sel pembentuk lapisan
luar membrana arakhnoidal (arakhnoid cap cels), oleh sebab itu dapat dijumpai
sepanjang durameter
2)
Insidennya sekitar 15% dari seluruh
tumor otak
3)
Lokasinya ektra aksial dan berkapsul
Ø Gambaran CT Scan:
a) Tanpa
kontras gambaran meninioma 75% hiperdens
dan 14,4% isodens
b) Gambaran
spesifik dari meninioma berupa enchancement dari tumor dengan pemberian
kontras. Meninioma tampak sebagai masa yang homogen dengan densitas tinggi,
tepi bulat dan tegas.
c) Dapat
terlihat juga adanya hiperostosis kranialis, destruksi tulang, udem otak yang
terjadi sekitar tumor, dan adanya dilatasi ventrikel.
2. Adenoma
Dituitari/Adenoma Hipofise
a) Hampir
semua tumor hipofise berasal dari sel endokrin hipofise, sehingga tumor
hipofise dikenal sebagai adenoma hipofise
b) Insidennya
diperkirakan 5-10% dari tumor otak
c) Berupa
masa intraseler dengan sekresi, masa intraseler non sekresi atau masa dengan pembesaran ekstra seler
d) Kharakteristik
dari adenoma hipofise adanya endokrinopati dan penekanan tumor pada jaringan
sekitarnya, menyebabkan penekanan khiasma optikus
e) Biasanya
pada usia 30-40 tahun
f) Tumor
biasanya solid, dan bila terdapat pembentukan kista, nekrosis atau perdarahan
menunjukkan degenerasi keganasan.
ü Gambaran
CT Scan:
a) Terdapat
gambaran hipodens yang berlokasi sekitar sella tursika, yang melebar dalam
lingkungan konveks keatas dari kelenjar hipofisis
b) Pada
makroadenoma, terlokasi secara sentral dan simetris pada sisterna supraseller
dengan gambaran agak hiperdens, dengan kontras menunjukkan enchanchement
c) Bila
adenoma kistik memperlihatkan gambaran hipoden dengan enchancement cincin
sekitarnya
d) Adanya
perdarahan pada adenoma menunjukkan gambaran hiperdens yang bulat dan irregular
3. Kraniopharingioma
a) Tumor
ini berasal dari sisa jaringan embrional, dan 50% usia pasien kurang dari 20
tahun
b) Insidennya
kira-kira 2,5-4% dari tumor otak
c) Secara
patologi gambarannya bervariasi dari solid, kistik dan kalsifikasi
d) Lokalisasi
biasanya di supraseller dengan obstruksi dari foramen intraventrikular yang
menyebabkan hidrosefalus. Dapat pula tumbuh pada ventrikel III
ü Gambaran
CT Scan:
a) Memperlihatkan
densitas iso, hipo, dan hiperdens yang heterogen dan mempunyai tepi yang
ireguler, dengan kontras terdapat enhanchement pada bagian tepi (Peripheral
rim) atau bentuk cincin dengan density yang Heterogen
b) Pada
kraniofaringioma yang kistik dan memperlihatkan lesi hipodens yang bulat dengan enchancement cincin perifer,
perlu di differesiasi diagnosa:
1) Adenoma
pituitary
2) Meninioma
juxtaseller
3) Glioma
pada khiasma optikus
4. Pilocytic
Astrositoma
1) Merupakan
jenis astrositoma dengan grade rendah (grade 1)
2) Sering
didapat pada usia muda (9-10 tahun), dan sering diketemukan di daerah ventrikel
atau serebelum dan jarang pada sereberum
3) Insidennya
diperkirakan 4% dari tumor intrakranial dan 8% dari glioma
ü Secara CT Scan:
Menunjukkan gambaran
hipodens bentuk tak teratur dan tepi tak rata. Pada jenis lain mungkin
diketemukan kista. Kalsifikasi didapat 8-10% dan efek dari masa 50% kasus. Enchanchement
pada 50% kasus, biasanya tak merata
5. Akuistik
Neurinoma
1) Berasal
dari sel-sel selubung neurilemmal cabang vestibuler N.VIII, dekat ganglion
dalam kanalis akustikus internus. Insiden pada usia 40-60 tahun
2) Insidennya
5-10% dari tumor intrakranial
3) Tumor
ini sering ditemukan pada sudut serebelloponting, sifatnya unilateral dan pada
5-8% bilateral dan biasanya merupakan bagian dari penyakit neurofibromatosis
4) Tumbuhnya
lambat sehingga gejala berjalan berbulan/bertahun-tahun sebelum diagnosa
ditegakkan
5) Merupakan
tumor jinak dan gejala yang ditimbulkan karena penekanan pada struktur
sekitarnya berupa penekanan N.VIII, N.VII, N.V, serebelum, penekanan dan
distorsi dari batang otak, terjadi sumbatan pada aquaduktus silvii menyebabkan
hidrosefalus dan herniasi tonsil serebelum ke foremen magnum
ü Gambaran
CT Scan:
a) Tanpa
kontras menunjukkan gambaran isodens atau hipodens, mingkin terdapat gambaran
kistik
b) Dengan
kontras menunjukkan enhanchement yang homogen kadang-kadang membentuk cincin
c) Bila
tumor besar, ventrikel IV terdorong dan terdapat hidrosefalus
G.
Penatalaksanaan
Pengobatan tumor otak
sesuai dengan lokasi dan jenisnya. Jika memungkinkan, maka akan dilakukan
pengobatan bedah. Pengobatan bedah pada tumor otak terutama berkisar di sekitar
reseksi bedah, kemoterapi, dan terapi radiasi. Semakin berkembangnya teknik
pembedahan, penemuan laser, dan alat-alat yang dibantu computer memungkinkan
reseksi tepat pada pasien tumor otak
yang dapat dicapai. Reseksi bedah tetap merupakan terapi utama karena dapat
membunuh dan membuang sel tumor. Selain itu, reseksi bedah memungkinkan pasien
kembali berfungsi aktif selama menjalani terapi tambahan (Price & Wilson, 2006).
Pengobatan radiasi pada
20 hingga 30 tahun yang lalu adalah radiasi otak seluruhnya, sekarang kemajuan
teknik radioterapi memungkinkan terapi radiasi yang lebih tepat. Kemoterapi
dilakukan dalam berbagai cara, termasuk secara sistemik, intra arterial, atau
dengan memasukkan polimer yang membawa agen kemoterapi secara langsung ke
jaringan tumor. Masalah utama dengan komplikasi depresi sumsum tulang, paru,
hepar tetap merupakan factor penyulit utama dalam kemoterapi. Sawar darah otak
juga mempersulit pemberian agen kemoterapi (Price
& Wilson, 2006).
H.
Prognosis
Meskipun diobati, hanya
sekitar 25% pasien tumor otak yang bertahan hidup setelah dua tahun.
Prognosis yang lebih
baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasnya
tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan.
Sekitar 50% penderita
meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk
kanker otak lebih efektif dilakukan pada (Japardi, 2002):
-
Penderita yang berusia < 45 tahun
-
Penderita astrositoma anaplastik
-
Penderita yang sebagian atau hamper
seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.
BAB
III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Identifikasi
faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
b. Identifikasi
tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan
atau penglihatan double.
c. Identifikasi
adanya perubahan perilaku klien.
d. Observasi
adanya hemiparase atau hemiplegi.
e. Perubahan
pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
f. Observasi
adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam),
agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu
menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
g. Observasi
tingkat kesadran dan tanda vital.
h. Observasi
keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
i. Psikososial:
perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan
dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
j. Laboratorium
1) Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
2) Fungsi endokrin
1) Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
2) Fungsi endokrin
k. Radiografi:
1) CT scan.
2) Electroencephalogram
3) Rontgen paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.
1) CT scan.
2) Electroencephalogram
3) Rontgen paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.
2.
Diagnosa Keperawatan
1). Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
2). Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
1). Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
2). Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
3).Kurang
pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan
mengenal informasi
3.
Rencana Asuhan Keperawatan
1).Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
Data penunjang: peruabahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda peningaktan TIK.
1).Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
Data penunjang: peruabahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda peningaktan TIK.
Intervensi
|
Rasional
|
ü status
neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
ü Pantau
tanda vital tiap 4 jam.
ü Pertahankan
posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
ü
Pantau ketat pemasukan dan
pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
|
ü
Mengkaji
adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
ü
Normalnya
autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilanagn
autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan
menyeluruh
ü
Kepala
yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran
darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
ü Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total
tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan.
|
2).
Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi
|
Rasional
|
ü Teliti
keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang
memperburuk dan meredakan.
ü Observasi
adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan tanda vital.
ü Instruksikan
pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
ü Berikan
kompres dingin pada kepala
|
ü Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus
dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang
berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
ü Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak
langsung yang dialami
ü Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini
dan dapat mengurangi beratnya serangan.
ü Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan
vasodilatasi
|
.
3). Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.
Data penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku yang tidak tepat.
Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan, memulai perubahan perilaku yang tepat.
Intervensi
|
Rasional
|
Ø Diskusikan
etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui
Ø Bantu
pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi.
Ø Diskusikan
mengenai pentingnya posisi/lnetak tubuh yang normal.
Ø Diskusikan
tentang obat dan efek sampingnya.
|
Ø Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan
berkembnag ke arah proses penyembuhan.
Ø Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering
kali dapat mencegah berulangnya serangan.
Ø Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan
lengan dan dapat menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti.
Ø Pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan
terhadap
obat dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain.
|
DAFTAR PUSTAKA
- Price
& Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. EGC : Jakarta
- Japardi,
Iskandar. 2002. Gambaran CT Scan Pada
Tumor Otak Benigna. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatra Utara, viewed 27
April 2011,www.usu.com
- Doenges, Marilynn E. (1999).
Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Kedokteran
(EGC)
- Baughman,
Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak
dapat disebabkan oleh riwayat trauma kepala, faktor genetik, paparan bahan
kimia yang bersifat carsinogenik, virus tertentu.Tumor-tumor otak primer
menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker.
Manifestasi klinis dari tumor otak yakni nyeri bersifat
dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya
paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya
menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan, nausea dan
muntah serta papiledema,stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf
optikus.
Untuk penanganan tumor otak dapat di lakukan pembedahan,
radiotherapi, kemotherapi atau dapat pula dengan cara manipulasi hormonal,
biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar